Peserta FGD LPPM ISI Jogja dan RSPO Tahap II wilayah Surakarta, Lasem, Tuban dan Madura, di Hotel Solia Zigna Kampung Batik, Laweyan, Surakarta, Jateng, Jumat (3/5/2024) – (foto : rahmad)
JURNALNUSANTARA.NET – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bekerjasama dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tahap II di Meru Meeting Room, Hotel Solia Zigna, Surakarta, Jawa Tengah, pada Jumat (3/5/2024).
Acara ini bertujuan untuk mendiskusikan rantai pasok dan penggunaan bahan lilin (malam) dari limbah minyak kelapa sawit dalam industri batik.
FGD Tahap II ini merupakan bagian dari serangkaian FGD yang terdiri dari 3 tahap. Tahap I telah dilaksanakan di Pekalongan untuk wilayah Cirebon, Pekalongan, dan Yogyakarta, sementara Tahap III akan dilaksanakan di Jakarta untuk merangkum hasil kajian potensi penggunaan lilin (malam) dalam industri batik.
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua LPPM ISI Yogyakarta, Dr. Nur Sahid, M.Hum, dengan keynote speaker Mahatma Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO Indonesia. Hadir pula tokoh akademisi seperti Wakil Rektor 3 ISI Surakarta Dr. Sugeng Nugroho, Ketua LP2MP3M ISI Surakarta Dr. Sunardi, Direktur Pascasarjana ISI Surakarta Prof. Dr. Dra. Sunarmi, serta tokoh penting dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dari pelaku industri batik, hadir Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FKBL) Ir. Alpha Febela Priyatmono, Ketua Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ) Wirasno, dan beberapa pembatik terkemuka dari Lasem, Rembang, dan Pamekasan. Juga hadir produsen lilin (malam) batik serta awak media.
“Kami dari LPPM ISI Yogyakarta bekerjasama dengan RSPO, menjaring masukan, saran, catatan dari para peserta, narasumber, praktisi pembatik serta akademi yang terkait dengan rantai pasok dan penggunaan lilin (malam) di industri batik,” ungkap Nur Sahid, Ketua LPPM ISI ditemui usai kegiatan FGD.
“LPPM ISI dan RSPO mencoba mengenalkan malam (lilin) ramah lingkungan yang dibuat dari limbah minyak kelapa sawit, yang selama ini tidak terpikirkan dan ternyata itu bisa diolah menjadi malam untuk perintang warna dalam proses pembuatan batik,” tambahnya.
“Kepentingan kita adalah membuat semacam substitusi dari bahan yang tidak terbarukan yaitu lilin atau malam yang berasal dari minyak bumi ini dengan stearin atau malam batik yang bersumber dari limbah minyak kelapa sawit (nabati) di industri batik,“ ujar Mahatma Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO Indonesia.
“Memang untuk saat ini ternyata kendala kita adalah bahwa sawit itu belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri, setiap saya cerita sawit bisa menggantikan malam itu mereka belum percaya, makanya kita harus terus – menerus melakukan inovasi untuk mendapatkan bahan baku yang terbarukan,” imbuhnya.
Disisi lain menurut Iwan salah satu anggota Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang juga pemilik usaha Batik Puspa Kencana, Laweyan Surakarta bahwa dengan penggunaan malam dari kelapa sawit tersebut diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan produksi batik yang ramah lingkungan.
Dengan kolaborasi antara LPPM ISI Yogyakarta, RSPO, para pelaku industri dan media, diharapkan bahwa hasil dari FGD ini akan memberikan pandangan yang jelas dan solusi-solusi inovatif terkait dengan pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk mendukung industri batik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia. (rmd)
sumber : JURNALNUSANTARA.NET
https://jurnalnusantara.net/lppm-isi-yogyakarta-bersama-rspo-dorong-pemanfaatan-limbah-minyak-kelapa-sawit-untuk-industri-batik-berkelanjutan/