Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) berhasil melaksanakan kegiatan penyuluhan seni bertajuk “Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Geoge Leather di Desa Wisata Kasongan melalui Eksplorasi Motif Klasik Yogyakarta untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Kerajinan Kulit.”
Kegiatan yang berlangsung sejak Juli hingga September 2025 ini menjadi wujud nyata pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, dengan tujuan memberdayakan pelaku industri kreatif agar mampu mengembangkan produk berbasis nilai budaya lokal Yogyakarta. Program ini dilaksanakan oleh tim dosen dari Program Studi Konservasi Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang terdiri atas Septiyana Baroroh, S.Pd., M.Si., Rooseline Linda Octina, S.S., M.A., dan mahasiswa Vlangy Meistoria. Kegiatan tersebut didukung oleh dana DIPA ISI Yogyakarta Tahun 2025.
Penyuluhan seni ini menyasar UMKM Geoge Leather yang berlokasi di Desa Wisata Kasongan, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. UMKM yang dipimpin oleh Irma Khairani Sambas, S.Pd., M.Sn., dan Rohmad Eko P., S.Pd., M.Sn., ini dikenal sebagai produsen kerajinan kulit seperti tas, dompet, dan aksesoris berbahan kulit sapi.
Ketua tim penyuluhan, Septiyana Baroroh, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari kebutuhan nyata pelaku UMKM akan inovasi desain dan peningkatan keterampilan konservasi bahan. “Produk kulit Geoge Leather sudah dikenal karena kualitasnya, namun mereka membutuhkan pembaruan dari sisi desain agar lebih relevan dengan tren pasar tanpa meninggalkan akar budaya lokal. Kami hadir untuk mendampingi proses itu,” ungkapnya.
Kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan desain, tetapi juga pada pelestarian nilai-nilai budaya lokal. “Eksplorasi motif klasik bukan sekadar ornamen. Ia adalah identitas budaya yang perlu kita hidupkan kembali dalam konteks industri kreatif modern,” ujarnya. Melalui kegiatan ini, tim ISI Yogyakarta membantu meningkatkan kreativitas dan kapasitas para perajin dalam mengembangkan motif tatah khas Yogyakarta agar produk yang dihasilkan memiliki nilai estetika sekaligus daya saing tinggi di pasar lokal maupun global.

Rangkaian kegiatan penyuluhan dilaksanakan dalam 12 sesi tatap muka yang berlangsung sejak Juli hingga September 2025. Selain di Kasongan, kegiatan juga menjangkau pengrajin anggota Geoge Leather yang tersebar di beberapa wilayah Yogyakarta, seperti Imogiri dan Lendah. Pelibatan para pengrajin dari berbagai daerah ini memperluas dampak penyuluhan sekaligus memperkuat jejaring komunitas kreatif berbasis kerajinan kulit.
Kegiatan diawali dengan survei produk pada ajang Bantul Expo 2025 untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik motif yang telah digunakan oleh Geoge Leather. Setelah itu dilakukan koordinasi dan sosialisasi program kepada para perajin kulit, dilanjutkan dengan sesi pelatihan dan praktik lapangan. Materi penyuluhan mencakup pengenalan bahan kulit dan karakteristiknya, pengembangan motif klasik Yogyakarta, teknik perawatan dan penyimpanan produk kulit, hingga strategi pemasaran dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Dalam pelaksanaannya, tim dosen ISI Yogyakarta menggunakan pendekatan partisipatif, edukatif, dan aplikatif. Pendekatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan pengrajin sejak tahap perencanaan hingga evaluasi kegiatan. Pendekatan edukatif diwujudkan melalui penyampaian materi secara teoritis. Sementara itu, pendekatan aplikatif diwujudkan dalam praktik langsung seperti eksplorasi dan penerapan motif tatah, praktek perawatan dan penyimpanan produk yang baik.
Salah satu bagian menarik dari kegiatan ini adalah sesi eksplorasi motif klasik gaya Yogyakarta, di mana para peserta diperkenalkan pada ornamen-ornamen arsitektur khas daerah seperti mega mendung, banyu tumetes, panahan, wajikan, patran, dan kepetan. Peserta dilatih untuk memodifikasi motif-motif tersebut agar dapat diterapkan pada desain modern tanpa menghilangkan nilai filosofisnya. Proses modifikasi dilakukan dengan menyesuaikan proporsi, komposisi, serta tata letak motif pada produk kulit seperti clutch dan ID Card. Pendekatan ini menghasilkan desain yang kontekstual, memiliki keunikan visual, dan selaras dengan selera pasar masa kini.

Selain aspek artistik, penyuluhan ini juga menekankan pentingnya perawatan dan penyimpanan produk kulit agar tetap awet dan bernilai estetis. Dalam sesi praktik, peserta diajarkan cara merawat kulit menggunakan bahan yang aman, serta teknik penyimpanan yang sesuai untuk menjaga produk kulit tetap dalam kondisi yang baik. Tidak hanya itu, peserta juga memperoleh materi tambahan mengenai strategi pemasaran dan pengemasan produk, termasuk penataan etalase yang menarik serta pentingnya branding yang berkelanjutan.
Hasil dari kegiatan penyuluhan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan dan pemahaman para perajin. Mereka tidak hanya mampu menerapkan motif klasik Yogyakarta dalam produk baru, tetapi juga memahami filosofi dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Produk unggulan yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah clutch kulit bermotif tatah modifikasi mega mendung, yang memadukan elemen tradisional dan sentuhan modern. Produk ini menjadi simbol keberhasilan kolaborasi antara dunia akademik dan komunitas kreatif lokal.
Melalui kegiatan penyuluhan ini, ISI Yogyakarta menegaskan komitmennya dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. Upaya pemberdayaan ini menjadi contoh nyata sinergi antara pendidikan tinggi dan pelaku UMKM dalam menghidupkan kembali nilai-nilai budaya Yogyakarta melalui inovasi desain kerajinan kulit. Harapannya, kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi berlanjut pada pendampingan lanjutan berupa pelatihan strategi branding digital, fotografi produk, serta pengelolaan toko daring agar produk Geoge Leather semakin dikenal luas dan berdaya saing di kancah nasional maupun internasional.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pelestarian seni dan budaya dapat berjalan beriringan dengan inovasi industri kreatif, menjadikan warisan klasik Yogyakarta tetap relevan dan hidup di tengah perkembangan zaman.
Sumber: Tim Penyuluhan Kasongan 2025