Spirit Diponegoro dalam Batik Cap Kertas, PISN ISI Yogyakarta Berdayakan Penyandang Disabilitas di Sedayu Bantul

Spirit Diponegoro dalam Batik Cap Kertas, PISN ISI Yogyakarta Berdayakan Penyandang Disabilitas di Sedayu Bantul

Bantul, 1 November 2025. Semangat kepahlawanan Pangeran Diponegoro kini menemukan bentuk baru dalam lembar-lembar batik hasil karya para penyandang disabilitas di Sedayu. Melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) dari Kemendiktisaintek, dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menghadirkan pelatihan membatik dengan teknologi cap berbahan limbah kertas, inovasi kreatif yang memadukan nilai budaya, kepedulian lingkungan, dan pemberdayaan sosial.

Program ini digagas oleh tim dosen ISI Yogyakarta: I Made Sukanadi, Riza Septriani Dewi, dan Titiana Irawani, bersama mahasiswa Tri Maharani, Asiah Azkanisa, dan Aurelia Amanda, yang berkolaborasi dengan Sanggar Pinilih Sedayu Sejahtera sebagai mitra.

Sanggar yang berlokasi di Dusun Jurug, Argosari, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul ini menjadi rumah bagi komunitas penyandang disabilitas yang telah lama berkarya dalam bidang batik & kerajinan, sederhana.

“Sanggar ini sebenarnya sudah bisa membuat batik, tetapi proses produksinya masih terputus. Melalui PISN, kami bantu memperkuat keterampilan mereka dari tahap desain hingga finishing agar benar-benar mandiri,” ujar I Made Sukanadi, Ketua Tim Pengabdian PISN ISI Yogyakarta.

Selain pelatihan membatik dengan inovasi cap dari limbah kertas, program ini juga memberikan pendampingan kewirausahaan, pelatihan marketing digital, serta penggunaan warna alami. Para peserta dibimbing hingga ke tahap pemasaran produk, termasuk rencana pameran di pusat perbelanjaan dan pasar swalayan. Sebagai bentuk dukungan nyata, tim PISN juga menyerahkan bantuan alat produksi dan bahan baku batik kepada Sanggar Pinilih.

Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Sekretaris LPPM ISI Yogyakarta Agung Wicaksono, S.Sn., M.Sn., mewakili Ketua LPPM ISI Yogyakarta, disaksikan oleh Pejabat Pengadaan ISI Yogyakarta Tri Mulyono, Lurah Argosari Sudarmo, Kepala Dusun Jurug, serta perwakilan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul, Kepala Bidang Adat Tradisi Beni Sasangka.

Di balik kegiatan ini tersimpan pesan kuat tentang inklusivitas dalam industri kreatif. PISN menjadi wadah bagi kelompok rentan untuk berdaya secara ekonomi sekaligus berkontribusi dalam pelestarian budaya bangsa.

Inovasi cap dari limbah kertas tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menjadi simbol transformasi; dari yang dianggap tak bernilai menjadi sumber keindahan dan kebanggaan.

Kabupaten Bantul sendiri dikenal sebagai kabupaten kreatif bidang kriya dan memiliki hubungan historis erat dengan perjuangan Pangeran Diponegoro di kawasan Slarong. Melalui PISN, nilai heroik itu dihidupkan kembali; bukan dalam bentuk perlawanan fisik, melainkan perjuangan melawan keterbatasan dan stigma sosial.

“Semangat Diponegoro adalah tentang keberanian dan daya juang. Kami ingin semangat itu tumbuh dalam diri teman-teman disabilitas; bahwa mereka mampu, setara, dan punya peran besar dalam seni serta ekonomi kreatif,” tambah I Made.

Program Inovasi Seni Nusantara ini menjadi bukti nyata bahwa seni, sejarah, dan empati sosial dapat berpadu menjadi kekuatan pemberdayaan.

Dari Sedayu, lahirlah batik cap kertas bersemangat Diponegoro yang menorehkan kisah baru tentang keberanian melampaui keterbatasan dan kreativitas tanpa sekat.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Spirit Diponegoro dalam Batik Cap Kertas, PISN ISI Yogyakarta Berdayakan Penyandang Disabilitas di Sedayu Bantul”,

Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/nurulmuslimin/690598aa34777c38fd0c2ac5/spirit-diponegoro-dalam-batik-cap-kertas-pisn-isi-yogyakarta-berdayakan-penyandang-disabilitas-di-sedayu-bantul

Kreator: Nurul Muslimin

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

id_IDIndonesian