Mahasiswa ISI Yogya dan Lansia di Gunungkidul Hidupkan Lagi Kesenian Thoklik

Mahasiswa ISI Yogya dan Lansia di Gunungkidul Hidupkan Lagi Kesenian Thoklik

Mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar program pemberdayaan lansia di Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Program ini memanfaatkan kesenian tradisional thoklik dan gejog lesung sebagai media pelestarian budaya sekaligus peningkatan kesejahteraan sosial. Kegiatan bertajuk “Panen Kisah, Tumbuh Bersama: Seni dan Keberdayaan di Desa Ramah Lansia” ini menjadi bagian dari rangkaian ISI Jogja Berdampak 2025.

Melalui program tersebut, kesenian digunakan untuk menjaga kesehatan jasmani dan psikososial para lansia. Ketua kelompok tani Desa Gading, Sumpoyo, mengatakan bahwa aktivitas berkesenian menjadi sarana yang efektif untuk menjaga semangat hidup warga lanjut usia.

“Berkesenian thoklik dapat menyehatkan para lansia. Karena sehat, para lansia pun senang tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Berbeda dengan melancong yang tentu butuh biaya. Dengan modal sekali, kesenian dapat berjalan seterusnya,” ujar Sumpoyo dalam keterangan resmi yang diterima Pandangan Jogja, Rabu (12/11).

(Suasana latihan kelompok seni “Paguyuban Thoklik Lansia Bugar Ngudi Budoyo” di Desa Gading, Gunungkidul. Foto: Dok. Istimewa)

Kesenian thoklik merupakan permainan musik berbasis kentongan yang dahulu berfungsi sebagai alat komunikasi dan pengamanan malam di desa. Sementara gejog lesung, yang berasal dari tradisi menumbuk padi, kini berkembang menjadi pertunjukan komunal yang melibatkan banyak warga.

Selain kegiatan seni, mahasiswa ISI Yogyakarta juga memberikan pendampingan Posyandu Lansia berupa pemeriksaan kesehatan dan senam bersama. Acara yang berlangsung pada 14 Oktober 2025 ini turut menghadirkan penyuluhan bagi kelompok tani dan pelaku seni desa.

Penyuluh pertanian Isro Hariadi menekankan pentingnya regenerasi petani di Gunungkidul. “Mayoritas petani di Gunungkidul adalah lansia. Relasi pertunjukan seni dengan pertanian sangat kuat, sebagaimana ritual wiwitan dan merti dusun yang sarat seni budaya,” ujar Isro.

(Penampilan kelompok kesenian thoklik dan gejog lesung di Desa Gading, Gunungkidul, yang melibatkan warga lansia dan mahasiswa ISI Yogyakarta. Foto: Dok. Istimewa)

Sementara itu, penyuluh ekonomi kreatif dan desa wisata Fery Setyaningrum menjelaskan keterkaitan antara kegiatan kesenian desa dengan peluang ekonomi.

“Pertunjukan seni terhubung langsung dengan potensi ekonomi kreatif, wirausaha, dan pariwisata. Maraknya wisata pantai di pesisir Gunungkidul dapat mengangkat keunggulan wisata daerah lainnya, termasuk wisata pertanian atau argowisata,” kata Fery.

Dosen pelaksana kegiatan Daniel de Fretes, Yoga Supeno, dan Sagaf Faozata Adzkia menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan contoh penerapan konsep art-integrated atau integrasi seni lintas disiplin di masyarakat.

“Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini memberikan dampak nyata bagi kelompok seni binaan dan warga desa. Sebagai wujud tridarma pengabdian masyarakat, program ini sangat mendukung Asta Cita yaitu membangun desa,” ujar Daniel.

Konten ini telah tayang di kumparan.com dengan judul “Mahasiswa ISI Yogya dan Lansia di Gunungkidul Hidupkan Lagi Kesenian Thoklik”,
Klik untuk baca: https://kumparan.com/pandangan-jogja/26EJ6yAv9X3

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian