ISI Yogyakarta Hadirkan Inovasi Pembelajaran Vokal Hybrid Jawa di Caturharjo Pandak

ISI Yogyakarta Hadirkan Inovasi Pembelajaran Vokal Hybrid Jawa di Caturharjo Pandak

Berarti acara penyerahan bantuan aset dari ISI kepada Sanggar Catur Budaya. ( Istimewa )

KRJogja.com, BANTUL -Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya sebagai kampus seni yang aktif membangun kolaborasi dengan masyarakat. Melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Tahun 2025, ISI Yogyakarta menghadirkan kegiatan bertajuk “Implementasi Inovasi Pembelajaran Vokal Hybrid Jawa dalam Meningkatkan Kompetensi Musikal Generasi Muda” di Pendopo Agung Kalurahan Caturharjo Kapanewon Pandak Kabupaten Bantul, Minggu (10/11).

Dr Eli Irawati SSn MA Ketua Kegiatan sekaligus Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ISI Yogyakarta, Selasa (11/11/2025) menyebutkan, kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari upaya sinergi antara kampus dan masyarakat dalam rangka mewujudkan Kampus Berdampak.

Hadir dalam acara tersebut Lurah Caturharjo H Wasdiyanto SSi beserta perangkat kalurahan, para penggiat budaya dan anggota Sanggar Catur Budaya selaku mitra kegiatan.

Dari pihak kampus, selain Kepala LPPM) ISI Yogyakarta, juga dua dosen anggota tim yaitu Ujang Nendra Pratama SKom MPd dari Jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Pertunjukan dan Riza Septriani Dewi MDs dari Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Lurah Caturharjo H Wasdiyanto menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang menggabungkan inovasi dan pelestarian budaya lokal tersebut.

“Kami sangat berterima kasih kepada ISI Yogyakarta yang telah turun langsung ke masyarakat. Program ini menjadi ruang yang berharga bagi anak-anak muda di Caturharjo untuk belajar, berkreasi dan mencintai budaya sendiri dengan cara yang sesuai dengan perkembangan zaman,” ujarnya.

Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) ini merupakan hasil hibah yang berhasil diperoleh ISI Yogyakarta dari Kemendiktiristek. Skema ini bertujuan memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, masyarakat dan mitra seni budaya dalam mengembangkan model inovasi pembelajaran berbasis riset seni.

Dalam konteks ini, ISI Yogyakarta menghadirkan konsep vokal hybrid Jawa sebagai bentuk pengembangan pembelajaran vokal tradisional yang adaptif dengan pendekatan era digital.

Ketua kegiatan Dr Eli Irawati, menjelaskan, inovasi vokal hybrid Jawa merupakan perpaduan antara teknik vokal tradisional gaya Jawa dengan metode pembelajaran modern.

Model ini tidak hanya melatih kemampuan teknis bernyanyi gaya Jawa, tetapi juga mengajak peserta memahami konteks musikal, estetika dan filosofi yang terkandung dalam tradisi vokal tersebut.

“Kami ingin menunjukkan, seni tradisi tidak berhenti di masa lalu. Dengan pendekatan inovatif, kita bisa menjadikannya sumber inspirasi yang hidup dan relevan bagi generasi sekarang,” jelas Eli.

Pelatihan yang dilakukan di Sanggar Catur Budaya melibatkan peserta dari kalangan remaja dan mahasiswa seni lokal. Proses pembelajaran dilakukan secara hybrid dengan menggabungkan sesi tatap muka di pendopo dan penggunaan media digital.

Dengan pendekatan ini, peserta tidak hanya belajar dari guru secara langsung, tetapi juga dapat mengakses materi melalui platform daring. Menurut Ujang Nendra Pratama, metode pembelajaran seperti ini penting untuk menjembatani tradisi dengan dunia digital.

“Anak-anak muda sekarang sangat dekat dengan teknologi. Melalui sistem hybrid, mereka bisa belajar karawitan atau vokal Jawa dengan cara yang lebih menyenangkan, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi,” ujarnya.

Sementara Riza Septriani Dewi menambahkan, aspek visual dan ruang belajar turut menjadi perhatian dalam kegiatan ini. Pendopo Agung Kalurahan Caturharjo ditata sedemikian rupa menjadi ruang interaktif yang nyaman dan estetis.

“Kami ingin menciptakan suasana belajar yang tidak hanya berfokus pada bunyi, tetapi juga pada ruang yang inspiratif. Ini penting agar proses belajar seni bisa lebih hidup dan menarik,” terangnya.

Dalam kegiatan tersebut, ISI Yogyakarta juga menyerahkan seperangkat aset sarana prasarana berupa sound system berkapasitas 5000 watt kepada Sanggar Catur Budaya sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan kesenian masyarakat.

Penyerahan aset disaksikan Lurah Caturharjo dan Tri Mulyono, Pejabat Pengadaan LPPM ISI Yogyakarta. Bantuan aset sarana tersebut diserahkan secara simbolis oleh Dr Eli Irawati kepada Lidya Permata Sari MPd, Ketua Sanggar Catur Budaya.

Acara PISN 2025 diakhiri dengan pementasan hasil pelatihan gamelan dan vokal yang menampilkan karya baru berjudul “Tresno Budoyo”, ciptaan Dr Eli Irawati. Karya ini menjadi simbol kolaborasi antara tradisi dan inovasi, menampilkan komposisi yang menggabungkan laras slendro dan pelog dengan nuansa ritmis modern.

Lagu “Tresno Budoyo” sarat dengan pesan cinta terhadap budaya lokal sebagai warisan luhur yang perlu dijaga dan diwariskan.

Lagu “Tresno Budoyo” sarat dengan pesan cinta terhadap budaya lokal sebagai warisan luhur yang perlu dijaga dan diwariskan.

Penampilan para peserta, yang mayoritas adalah remaja, disambut meriah oleh para undangan. Suara sindhen muda berpadu dengan tabuhan kendang, saron dan gong menciptakan harmoni yang menggetarkan.

Kehadiran ISI Yogyakarta di tengah masyarakat Caturharjo melalui PISN 2025 menjadi bukti, pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan inovasi. Tradisi tidak lagi dipandang sebagai warisan yang statis, melainkan sebagai sumber gagasan yang dinamis dan terus hidup. (Obi)

Konten ini bersumber dari https://www.krjogja.com/ dengan judul “ISI Yogyakarta Hadirkan Inovasi Pembelajaran Vokal Hybrid Jawa di Caturharjo Pandak” oleh Sobirin KrJogja tayang pada tanggal 11 November 2025,
Klik untuk baca: https://www.krjogja.com/kampus/1246819399/isi-yogyakarta-hadirkan-inovasi-pembelajaran-vokal-hybrid-jawa-di-caturharjo-pandak

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian