Yogyakarta – Suasana penuh keceriaan dan tawa mewarnai di beberapa sekolah lansia Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, ketika puluhan warga lanjut usia (lansia) mengikuti kegiatan penyuluhan seni ecopounding. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan psikologis dan sosial para lansia melalui kegiatan seni yang ramah lingkungan dan mudah dilakukan di rumah.
Apa itu Ecopounding dan Tujuan Kegiatan
Ecopounding merupakan teknik seni ramah lingkungan yang menggunakan bahan-bahan alam, seperti daun, bunga, dan batang tanaman, untuk menciptakan pola warna alami pada kain. Dengan cara menumbuk atau “memukul” bahan tanaman di atas kain menggunakan palu kayu atau batu, peserta dapat menghasilkan karya seni unik berupa motif alami yang estetik dan berkarakter.
Melalui kegiatan ini, para lansia tidak hanya belajar tentang seni dan kreativitas, tetapi juga diajak untuk lebih dekat dengan alam serta memanfaatkan sumber daya sekitar tanpa menghasilkan limbah berbahaya.
Ketua program penyuluhan seni, Danang Febriyantoko, S.Sn,.M.Ds, menjelaskan bahwa penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman seni yang menyenangkan bagi para lansia sekaligus memperkenalkan alternatif kegiatan positif yang dapat menjaga kesehatan mental dan motorik halus.
“Seni ecopounding ini sangat cocok untuk lansia karena sederhana, tidak membutuhkan tenaga besar, dan hasilnya bisa langsung dinikmati. Kami ingin menunjukkan bahwa seni bisa menjadi terapi yang menenangkan sekaligus mempererat kebersamaan,” ujar Danang.
Siapa yang Terlibat
Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh sekitar 20 peserta lansia dari setiap sekolah lansia di Kelurahan Purbayan. Mereka tampak antusias mengikuti setiap tahapan proses, mulai dari pengenalan bahan alami, teknik menata daun di atas kain, hingga proses pemukulan yang menghasilkan motif warna alami.


Penyuluhan ini terlaksana berkat kerja sama antara Kelurahan Purbayan, Sekolah Lansia Delima 123 Kampung Gedongan, Sekolah Lansia Edusia Maharani Kampung Basen, Sekolah lansia Delima 10 Kampung Alun-alun , dan Tim Penggerak Kesejahteraan Sosial (TPKS) kader lanasia. Selain itu, kegiatan juga mendapat dukungan dari Bappeda Kota Yogyakarta yang berkomitmen mendorong kegiatan seni berbasis masyarakat sebagai bagian dari program Yogyakarta Kota Ramah Lansia.
Narasumber kegiatan, RR. Galuh Sekartaji, M.Sn, seorang praktisi seni lingkungan dan pengajar di salah satu perguruan tinggi seni di Yogyakarta, membimbing langsung para peserta. Ia memberikan penjelasan mengenai filosofi ecopounding, cara memilih bahan alami yang aman, serta makna simbolis dari warna-warna yang dihasilkan.
“Kegiatan seperti ini bukan hanya soal hasil karya, tapi tentang proses—tentang kebersamaan, ingatan terhadap alam, dan rasa bangga saat melihat hasil buatan tangan sendiri,” tutur Galuh.
Kapan dan di Mana Kegiatan Dilaksanakan
Kegiatan berlangsung pada sejak Selasa, 9 Juli-20 Oktober 2025, mulai pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, bertempat di Ruang Terbuka Publik (RTP) Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Lokasi dipilih karena mudah diakses oleh lansia, memiliki ruang terbuka yang teduh, serta fasilitas yang ramah lansia seperti kursi duduk ergonomis dan area kegiatan yang bebas hambatan.
Bagaimana Jalannya Kegiatan
Acara diawali dengan sambutan dari wakil kelurahan Purbayan, Bapak Hata Rustamaji, S.T, yang menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kegiatan sosial dan kreatif untuk menjaga semangat hidup para lansia di tengah perubahan zaman.

“Kegiatan seperti ini adalah wujud nyata bahwa lansia bukan sekadar penerima bantuan, tetapi juga pelaku budaya yang aktif dan kreatif,” ungkapnya.
Setelah sesi sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan singkat tentang sejarah dan filosofi ecopounding. Para peserta kemudian diajak langsung untuk mempraktikkan teknik dasar di atas kain mori putih. Dengan penuh semangat, para lansia menata daun jati, kelopak bunga kembang sepatu, dan daun sirih sebelum memukulnya perlahan menggunakan palu kayu. Hasilnya? Kain bermotif alami yang indah dengan warna lembut khas tumbuhan tropis.
Di sela kegiatan, terdengar canda tawa dan celoteh hangat antar peserta. Beberapa peserta bahkan saling membandingkan hasil karya mereka sambil tertawa bangga. “Saya tidak menyangka hasilnya bisa seindah ini. Rasanya seperti melukis tanpa cat,” ujar Ibu Siti (67), salah satu peserta.
Dampak dan Harapan ke Depan
Selain memberikan pengalaman seni, kegiatan ecopounding juga terbukti memiliki manfaat terapeutik bagi lansia. Aktivitas menumbuk secara perlahan membantu melatih koordinasi tangan dan meningkatkan konsentrasi. Sementara interaksi sosial selama proses berkarya mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengurangi rasa kesepian yang kerap dialami lansia.
Pihak Kelurahan Purbayan berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin dalam program pembinaan lansia dan dikembangkan menjadi kegiatan kewirausahaan kreatif di masa mendatang.
“Kami ingin para lansia tetap aktif, produktif, dan bahagia. Siapa tahu hasil karya mereka bisa dikembangkan menjadi produk kerajinan khas Purbayan,” ujar Hata Rustamaji.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan pameran mini hasil karya peserta. Balai Kelurahan pun dipenuhi kain bermotif alami beraneka warna, simbol dari semangat dan kreativitas yang terus hidup di kalangan lansia Purbayan.
Penutup
Melalui penyuluhan seni ecopounding ini, Kelurahan Purbayan berhasil menghadirkan suasana hangat yang memadukan seni, lingkungan, dan kebahagiaan. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa usia bukan halangan untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat — karena di tangan para lansia, bahkan daun dan bunga pun bisa berubah menjadi karya penuh makna.
Sumber: Tim Penyuluhan Seni Purbayan Kotagede 2025