Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) kembali melaksanakan kegiatan Penyuluhan Seni Pembuatan Topeng Kayu yang menyasar kelompok perajin Turonggo di Dusun Tirip, Desa Kembaran, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Program ini berlangsung selama hampir tiga bulan, mulai 21 Juli hingga 13 Oktober 2025, dengan total 12 kali pertemuan.
Kegiatan ini diketuai oleh Drs. I Made Sukanadi, M.Hum., dosen Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, dengan pendampingan mahasiswa Mareta Iryandhani Putri (NIM 2212423022). Program ini merupakan wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, dan didanai oleh DIPA ISI Yogyakarta Tahun Anggaran 2025.
Penyuluhan ini dilatarbelakangi oleh kondisi kelompok perajin topeng kayu Turonggo yang selama ini masih memproduksi karya dengan teknik sederhana dan bentuk yang terbatas. Produk mereka umumnya berupa topeng barongan berbahan kayu nangka yang cenderung berat dan minim variasi, sementara proses pengecatan belum maksimal akibat keterbatasan pengetahuan tentang bahan dan teknik finishing.
Padahal Dusun Tirip memiliki potensi besar dalam pengembangan seni kerajinan topeng kayu. Wilayah ini kaya akan bahan baku seperti kayu albasia dan nangka, serta berada di jalur wisata yang cukup strategis. Potensi inilah yang mendorong LPPM ISI Yogyakarta untuk melakukan pembinaan demi meningkatkan kualitas, kreativitas, dan nilai ekonomi produk seni lokal.
Peserta pelatihan terdiri atas 15 anggota kelompok perajin Turonggo yang diketuai oleh Bapak Marno. Kegiatan dilaksanakan di rumah beliau sebagai lokasi utama pelatihan, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Desa Kembaran yang menyediakan fasilitas dan membantu koordinasi selama kegiatan berlangsung.

Metode pelatihan menggabungkan pendekatan teori dasar, praktik langsung, dan diskusi interaktif. Tahap awal berfokus pada pengenalan desain topeng fungsional dan souvenir, meliputi prinsip desain, proporsi bentuk, serta fungsi estetis dalam konteks modern. Selanjutnya peserta mengikuti praktik langsung, meliputi: menggambar desain topeng kayu, membentuk pola dasar topeng dengan teknik tatah ukir, menghaluskan bentuk dan mengatur proporsi, serta melakukan proses finishing dengan teknik cat dan pelapisan melamin agar topeng lebih menarik, dan tahan lama. Selain pembinaan teknis, peserta juga dibekali wawasan tentang pemasaran produk kreatif berbasis budaya lokal, serta dibangun semangat kewirausahaan agar karya mereka memiliki nilai ekonomi sebagai souvenir khas Magelang.
Selama pelaksanaan, peserta menghadapi beberapa kendala seperti proses pengeringan dan pewarnaan yang lama, ketidakterbiasaan menggunakan cat sintetik dan kuas pada media tiga dimensi, serta keterbatasan alat dan pengalaman membuat desain baru. Melalui pendampingan intensif dari tim ISI Yogyakarta, berbagai kendala tersebut berhasil diatasi. Peserta didorong untuk lebih teliti, kreatif, dan terbuka terhadap inovasi.

Hasil akhir menunjukkan peningkatan signifikan dalam kualitas karya. Para perajin kini mampu menghasilkan topeng fungsional dan souvenir dengan desain modern, menggunakan teknik tatah dan finishing yang lebih baik. Topeng berbahan kayu albasia tampil lebih ringan, halus, dan menarik secara visual. Beberapa karya bahkan telah dipamerkan di lingkungan desa dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat.
Menurut Drs. I Made Sukanadi, M.Hum., keberhasilan program ini tidak hanya terletak pada hasil karya, tetapi juga pada tumbuhnya kesadaran dan semangat kreatif perajin. “Seni topeng adalah identitas budaya yang hidup. Kami ingin masyarakat mampu mengolah warisan ini menjadi sumber ekonomi kreatif yang berkelanjutan tanpa meninggalkan nilai tradisi,” ujarnya.
Program ini membawa manfaat luas bagi berbagai pihak yaitu bagi masyarakat dapat meningkatkan keterampilan dan semangat melestarikan seni tradisional, bagi pemerintah daerah dapat mendukung pengembangan industri kreatif lokal, bagi ISI Yogyakarta dapat memperkuat peran perguruan tinggi dalam penerapan ilmu seni di masyarakat, dan bagi mahasiswa pendamping dapat memberikan pengalaman nyata dalam praktik sosial seni rupa. Ke depannya, diharapkan kegiatan ini berlanjut dalam bentuk program pembinaan lanjutan agar kelompok perajin Turonggo mampu berinovasi secara mandiri dan berkelanjutan.
Sumber: Tim Penyuluhan Seni Kembaran, Candimulyo, Magelang 2025