[vc_row][vc_column width=”2/3″][vc_single_image image=”1895″ img_size=”full” alignment=”center” style=”vc_box_border”][vc_column_text]Pada tanggal 13 September 2019 diselenggarakan kegiatan temu bisnis antara pelaku usaha kreatif dari Yogyakarta dengan Kabupaten Tuban di Pendopo Kridho Manunggal Tuban. LPPM ISI Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui program Bekraf Creatvive Labs (BCL) setiap tahun memiliki kegiatan Festival Kriya Indonesia yang diberi nama Ikrafest. Kegiatan Masterclass pada Ikrafest 2019 ini bertujuan untuk membuat jejaring bisnis antar pelaku usaha kreatif. Peserta kegiatan ini terdiri dari 15 eksportir Yogyakarta yang tergabung dalam Forum Mebel, Kerajinan, dan Seni (Formekers) dan 150 pelaku usaha kecil menengah (UKM) Kabupaten Tuban dari subsektor Kriya. Selain itu juga dihadiri oleh perbankan, pengusaha hotel, dan swasta yang memiliki program CSR. “Kegiatan Ikrafest telah diadakan tiga tahun berturut-turut, namun baru pertama kali ini mengajak kerjasama dengan pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Tuban”, jelas Dr. Nur Sahid, M. Hum, selaku penanggungjawab kegiatan Ikrafest. Tujuannya adalah mendorong terjadinya pembelajaran di daerah dan membangun jejaring bisnisnya.
Sehari sebelumnya pelaku usaha dari Yogyakarta ditemukan dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Tuban. Pada kesempatan itu juga dilakukan kunjungan di beberapa tempat destinasi wisata sebagai salah satu pasar bagi produk kriya. “Pariwisata dan industri kriya saling mendukung untuk membangun sinergi antar sektor”, jelas Kepala Dinas Parbudpora Drs. Sulistiyadi, MM. “Pengembangan destinasi wisata lokal banyak melibatkan aktivitas masyarakat sekitar termasuk pelaku usaha (UKM) yang secara langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan”, lanjut mantan atlet tinju ini.
Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan ini, dibuka oleh Bupati Tuban H. Fathul Huda. Dalam sambutannya disampaikan bahwa temu pelaku usaha ini merupakan langkah strategis bagi pengembangan ekonomi kreatif dengan cara mempertemukan pelaku usaha. Beliau juga menilai bahwa kegiatan ini memberikan dampak langsung terhadap jumlah transaksi penjualan produk-produk UKM di wilayah Kabupaten Tuban. Bupati Tuban memiliki keinginan untuk dapat membuat sinergi berkelanjutan dalam pengembangan ekonomi kreatif dengan membentuk poros bisnis antara Kabupaten Tuban dan Yogyakarta. Keuntungan pembentukan poros bisnis ini selain penguatan pemasaran juga memberikan dampak secara langsung dalam peningkatan kapasitas SDM. ISI Yogyakarta sebagai lembaga perguruan tinggi diharapkan ikut berperan aktif dalam pengembangan ekonomi kreatif khususnya memberikan pendampingan dalam peningkatan kapasitas SDM dan inovasi produknya. “Tuban sebagai pusat peradaban yang pernah memiliki peran penting di wilayah Nusantara akan sangat baik jika memiliki konektivitas dengan Yogyakarta yang telah maju dalam dunia usaha kerajinan dan pariwisatanya, lanjut Bupati Tuban.[/vc_column_text][vc_single_image image=”1897″ img_size=”600×300″ alignment=”center” style=”vc_box_border”][vc_column_text]Secara khusus, Kepala Dinas Koperindag Drs. Agus Wijaya, M. AP. Dalam laporannya meminta agar jejaring usaha ini dapat dikuatkan dengan kegiatan-kegiatan nyata lainnya. “Saya mengharapkan hubungan bisnis ini dapat memotivasi pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitasnya”, jelas Agus Wijaya. Indikator kinerja yang dituntut dalam audit BPK menyertakan kontribusi UMKM dalam Pendapatan Daerah Regional Bruto Daerah (PDRB).
Dalam temu bisnis pelaku usaha kreatif ini dilengkapi dengan kegiatan pameran produk kerajinan. Transaksi bisnis terjadi dalam pameran tersebut, pengusaha Yogyakarta secara langsung membeli produk kerajinan untuk dibawa ke pasar internasional. Melalui ekonomi kreatif, potensi kedua daerah ini dapat digali lebih banyak lagi sehingga memiliki daya saing produk dalam kompetisi pasar.
“Kami menyambut gembira atas inisiasi yang dilakukan LPPM ISI Yogyakarta dalam membangun jejaring bisnis antara pelaku usaha Yogyakarta dengan Kabupaten Tuban”, jelas Johny Sahlan selaku eksportir produk kerajinan. Selama ini sudah terjadi transaksi beberapa komoditas kriya antar personil pelaku usaha namun dirasakan belum optimal. Temu usaha ini secara langsung memiliki pengaruh pada konektivitas antar pelaku. Pelaku usaha yang hadir membawa produknya untuk didisplay dalam pameran kecil dan dilakukan kurasi untuk melihat kelebihan dan kekurangannya. Pada acara tersebut tidak sedikit terjadi transaksi secara langsung antar peserta dalam bentuk penjualan retail maupun order yang berkelanjutan.
Dr. Nur Sahid, M. Hum yang juga menjabat Ketua LPPM ISI Yogyakarta menjelaskan lebih lanjut bahwa sinergi yang dibangun antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media akan memberikan dampak secara langsung pada pengembangan ekonomi kreatif. “Khusus di wilayah Kabupaten Tuban, LPPM ISI Yogyakarta telah berperan dalam melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai yang dibutuhkan daerah yang memiliki banyak potensi ini”, tambah dosen Teater ISI Yogyakarta ini. Sebagai lembaga yang ditunjuk Bekraf menjadi pusat unggulan sub sektor kriya, LPPM ISI Yogyakarta secara konsisten berkiprah di seluruh tanah air meneliti dan mengabdi untuk kemajuan kriya Indonesia.[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/3″][vc_widget_sidebar sidebar_id=”consulting-right-sidebar”][/vc_column][/vc_row]